Dilihat 0 Kali

04_449_Bersama siswa sekolah islam di Dublin pak ari.jpg

Sabtu, 11 Oktober 2025 15:01:00 WIB

Menapak Jejak Islam di Barat Laut Eropa: Dosen FITK UIN Sunan Kalijaga Kunjungi Komunitas Muslim di Dublin

Dublin, Irlandia — Perjalanan Ari Wahyu Saputro, M.Pd., dosen baru Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, ke Dublin, Irlandia, membawa kisah inspiratif tentang perjumpaan lintas budaya dan spiritual. Di sela keikutsertaannya dalam Product Expert Summit 2025 bersama Google, Ari memanfaatkan waktu untuk menelusuri jejak Islam di kota yang terkenal dengan sejarah panjang dan budaya literasinya tersebut.

Berjarak sekitar dua kilometer dari lokasi kegiatan di Hotel Clayton, langkah Ari membawanya ke Dublin Mosque, bangunan bersejarah yang berdiri sejak 1884 dan kini menjadi pusat kegiatan keagamaan serta sosial bagi komunitas Muslim di Irlandia. Menariknya, masjid ini dulunya merupakan gereja tua yang kemudian diubah menjadi tempat ibadah umat Islam — simbol nyata harmoni dan toleransi antaragama yang telah mengakar kuat di Dublin.

Di masjid tersebut, Ari berkesempatan berbincang dengan Ali, salah satu pengurus masjid asal Maroko yang telah menetap lama di Dublin. Dari pertemuan itu, Ari mendengar kisah perjuangan umat Islam sebagai minoritas di Irlandia — tentang bagaimana mereka berjuang membentuk komunitas, mendirikan Islamic Foundation Ireland, hingga akhirnya membuka sekolah Islam pertama di Dublin, yang kini menjadi pusat pembelajaran dan penguatan identitas keislaman di tengah masyarakat multikultural.

“Ali bercerita bagaimana komunitas mereka memulai segalanya dari nol — mengajar anak-anak di ruang kecil hingga akhirnya mendirikan sekolah yang kini menjadi pusat pembelajaran Islam di Dublin,” ujar Ari Wahyu Saputro dengan penuh kagum.

Selain mengunjungi masjid, Ari juga berinteraksi dengan para siswa di sekolah Muslim Dublin. Dalam suasana hangat dan penuh tawa, ia memperkenalkan pendidikan di Indonesia, memperlihatkan permainan tradisional, serta berbagi cerita tentang makanan khas Nusantara dan profesi YouTuber yang tengah digemari anak-anak Indonesia.

Para siswa Dublin menyambut dengan antusias. Mereka bercerita bahwa belajar di sekolah Islam di Dublin menyenangkan karena mereka bisa bertemu teman-teman Muslim dari berbagai negara, membentuk komunitas multikultural yang solid. “Kami tidak punya makanan khas tertentu, yang penting halal,” ujar salah satu siswa sambil tersenyum. Mereka juga menambahkan bahwa di sekolah mereka tidak terlalu mengenal YouTuber karena penggunaan ponsel dibatasi.

Kunjungan ini menjadi momen lintas budaya yang bermakna, mempertemukan semangat pendidikan dan nilai-nilai keislaman dari dua belahan dunia. Melalui perjalanan singkat tersebut, Ari Wahyu Saputro tidak hanya menjalankan misi akademik, tetapi juga memperluas pandangan tentang makna kebersamaan, toleransi, dan peran pendidikan Islam di kancah global.

[Salsabila I'tilaful Adzibah]