Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025, kita kembali diingatkan akan pentingnya pendidikan dalam membentuk masa depan bangsa. Pendidikan tinggi, sebagai salah satu pilar utama dalam pembangunan SDM, tidak hanya berkutat pada pencapaian kualitas tetapi juga pada masalah aksesibilitas yang merata. Selama dua tahun terakhir, Indonesia telah menghadapi beragam tantangan dalam dunia pendidikan tinggi yang harus dihadapi dengan kesadaran kritis dan solusi nyata. Dari sisi makro hingga mikro, isu-isu yang berkembang menunjukkan adanya ketimpangan yang perlu segera ditangani untuk memajukan pendidikan tinggi ke arah yang lebih inklusif dan berkualitas.
Salah satu masalah utama yang masih menghantui pendidikan tinggi di Indonesia adalah rendahnya Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi yang hanya mencapai 31,5% pada 2024. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar potensi generasi muda Indonesia masih terkendala dalam mengakses pendidikan tinggi. Penyebabnya beragam: biaya kuliah yang tinggi, keterbatasan program beasiswa, dan infrastruktur yang belum merata di berbagai wilayah.
Meskipun pemerintah melalui program seperti KIP Kuliah Merdeka dan beasiswa LPDP telah berupaya mengurangi kesenjangan tersebut, kenyataannya akses ke pendidikan tinggi masih sangat terpusat di wilayah perkotaan. Perguruan tinggi di daerah terpencil, dengan keterbatasan fasilitas dan pendanaan, masih kesulitan memberikan pendidikan yang setara dengan kampus-kampus besar di kota-kota besar. Hal ini menciptakan ketimpangan yang cukup besar, di mana mahasiswa dari daerah miskin atau daerah terpencil memiliki peluang yang lebih sedikit untuk mengakses pendidikan tinggi yang berkualitas.
Pada sisi mikro, tantangan akses juga menyangkut inklusi bagi mahasiswa dengan disabilitas. Meskipun ada peningkatan dalam kesadaran terhadap kebutuhan mahasiswa disabilitas, kenyataannya hanya 1,99% perguruan tinggi yang resmi menerima mahasiswa disabilitas. Angka ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi kita belum sepenuhnya siap dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, meskipun terdapat kebijakan yang mendukung pendidikan inklusi. Tanpa dukungan penuh terhadap mahasiswa disabilitas, mereka akan terus tertinggal dalam hal kualitas pendidikan.
Dalam beberapa tahun terakhir, digitalisasi pendidikan menjadi salah satu solusi yang digadang-gadang dapat menjawab tantangan akses. Pembelajaran daring, platform e-learning, dan pemanfaatan teknologi digital lainnya menawarkan kemudahan dalam menjangkau mahasiswa di seluruh Indonesia. Namun, transformasi digital ini tidak berjalan merata. Infrastruktur internet yang belum memadai di banyak daerah, serta keterbatasan akses terhadap perangkat teknologi, masih menjadi kendala besar bagi sebagian besar mahasiswa.
Menurut laporan Kompas, meskipun pemerintah telah menggalakkan penyediaan jaringan internet gratis dan memperkenalkan pembelajaran berbasis teknologi, kenyataannya masih ada kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Di daerah dengan konektivitas rendah, mahasiswa tidak dapat mengakses materi kuliah secara optimal, yang berujung pada ketimpangan hasil pendidikan. Oleh karena itu, selain mempercepat pembangunan infrastruktur digital, penting untuk memfokuskan upaya pada pemberdayaan literasi digital bagi mahasiswa dan dosen di seluruh Indonesia.
Isu kualitas pendidikan di Indonesia, terutama di perguruan tinggi, juga menjadi perbincangan yang tidak kalah penting. Salah satu indikator kualitas yang sering dijadikan ukuran adalah akreditasi. Meskipun peraturan baru tentang akreditasi yang lebih longgar diterapkan untuk meringankan beban administrasi, masih ada kekhawatiran bahwa beberapa perguruan tinggi di Indonesia tidak mampu menjaga standar kualitas yang diharapkan. Data dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) menunjukkan bahwa tidak semua perguruan tinggi di Indonesia mampu mencapai akreditasi dengan nilai tinggi. Hal ini memengaruhi reputasi pendidikan tinggi di Indonesia di tingkat internasional.
Selain itu, meskipun program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) memberikan peluang bagi mahasiswa untuk belajar lebih fleksibel dan lebih banyak terlibat dalam dunia industri, implementasinya masih berjalan terbatas. Banyak kampus yang belum sepenuhnya menerapkan kurikulum fleksibel dan terkadang masih terjebak pada pendekatan tradisional. Hal ini menyebabkan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri dan dunia kerja belum optimal.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional ini seharusnya menjadi momentum untuk merenung dan bergerak maju. Untuk memajukan pendidikan tinggi di Indonesia, kita harus memastikan akses yang lebih luas dan pemerataan kualitas pendidikan. Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran pendidikan untuk program beasiswa, termasuk beasiswa bagi mahasiswa dari daerah terpencil dan kelompok rentan. Pemberian fasilitas yang memadai bagi mahasiswa disabilitas harus menjadi prioritas, dengan kebijakan yang lebih tegas dalam implementasinya.
Di sisi digitalisasi, selain mempercepat pembangunan infrastruktur internet, perlu ada fokus pada peningkatan keterampilan digital di kalangan mahasiswa dan dosen. Ini tidak hanya akan memperkuat kualitas pembelajaran daring, tetapi juga mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.
Selain itu, kebijakan pendidikan tinggi juga harus memperkuat sinergi antara perguruan tinggi dan industri. Program MBKM harus didorong untuk lebih banyak melibatkan dunia kerja, sehingga lulusan perguruan tinggi lebih siap menghadapi tantangan dunia profesional. Pemerintah dan perguruan tinggi juga perlu memperhatikan mutu pengajaran dan penelitian dosen untuk meningkatkan kualitas secara menyeluruh.
Hari Pendidikan Nasional harus menjadi waktu untuk refleksi dan pengambilan langkah konkret menuju perbaikan pendidikan tinggi di Indonesia. Akses yang lebih luas, kualitas yang merata, dan penggunaan teknologi yang lebih optimal harus menjadi bagian dari agenda pendidikan tinggi Indonesia. Di tengah tantangan besar ini, kita harus memastikan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia tidak hanya menjadi hak segelintir orang, tetapi dapat diakses oleh semua kalangan, dari Aceh hingga Papua, dari kota besar hingga daerah terpencil. Memajukan pendidikan tinggi berarti memajukan masa depan bangsa.