Yogyakarta, 16 November 2025 — Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis), Kementerian Agama Republik Indonesia, bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyelenggarakan pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM: RA Inklusif—Membangun Ruang Belajar Ramah Semua Anak bagi Guru RA se-Kabupaten Sleman. Kegiatan berlangsung pada Minggu pagi, 16 November 2025 di Hotel New Saphir Yogyakarta dan diikuti oleh perwakilan IGRA Sleman.
Program peningkatan kapasitas ini merupakan bagian dari agenda penguatan kompetensi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD-RA) di bawah binaan Kementerian Agama RI. Fokus kegiatan diarahkan pada penguatan pemahaman tentang inklusi, pembangunan lingkungan belajar nondiskriminatif, serta keterampilan guru dalam membangun kelekatan (secure attachment) dengan anak usia dini, yang menjadi fondasi penting perkembangan sosial-emosional dan keberhasilan belajar.
Materi Utama oleh Dr. Aini Mahabbati (UNY)
Narasumber utama, Dr. Aini Mahabbati, akademisi dan peneliti pendidikan anak usia dini dari Universitas Negeri Yogyakarta, memaparkan pentingnya relasi kelekatan yang aman antara guru dan anak sebagai dasar pembentukan lingkungan belajar yang inklusif. (AF)
Dalam sesinya, ia menekankan bahwa kelekatan bukan sekadar kedekatan emosional, tetapi “hubungan responsif yang konsisten, membantu anak merasa aman, dihargai, dan siap mengeksplorasi lingkungan belajarnya.” Lebih lanjut, Dr. Aini menyampaikan:
“Guru RA memegang peran sentral sebagai figur kelekatan di sekolah. Anak-anak yang merasakan kelekatan aman akan lebih percaya diri, lebih mudah mengatur emosi, dan lebih siap menerima stimulasi pembelajaran,” jelasnya.
Dalam sesi materi di FITK UIN Sunan Kalijaga, Dr. Aini memaparkan konsep RA inklusif yang menekankan pentingnya menghargai keberagaman kemampuan, latar belakang, dan kebutuhan individual setiap anak. Ia menjelaskan bahwa pembelajaran inklusif harus menghadirkan adaptasi yang tepat tanpa mengurangi martabat maupun identitas anak, serta memastikan ruang kelas yang aman secara fisik, emosional, dan sosial. Pelibatan orang tua sebagai mitra utama juga menjadi bagian penting dari penguatan inklusi. Dr. Aini menegaskan bahwa inklusi tidak hanya tentang membuka akses, tetapi memastikan setiap anak dapat berpartisipasi aktif dan berkembang secara optimal sesuai tahap perkembangannya.
Kegiatan peningkatan kapasitas ini dibuka oleh Prof. Ibrahim, M.Pd., Ketua Panitia dari FITK UIN Sunan Kalijaga, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian program pembinaan guru RA oleh perwakilan Direktorat GTK Madrasah Kemenag RI. Seluruh rangkaian dipusatkan di FITK, mulai dari penyampaian teori, diskusi interaktif, hingga studi kasus yang menggambarkan situasi nyata di lapangan. Panitia bersama FITK UIN Sunan Kalijaga menyediakan dukungan akademik berupa koordinasi narasumber, materi, dan pendampingan penuh selama sesi berlangsung.
Program ini memberikan dampak signifikan bagi guru RA Sleman. Guru memperoleh pemahaman praktis mengenai teknik membangun kelekatan aman dengan anak, melakukan observasi kebutuhan khusus, dan menyusun pembelajaran inklusif yang responsif terhadap perkembangan anak. Kompetensi sosial-emosional guru turut meningkat, terutama dalam memahami dinamika emosi anak dan merespons secara profesional di kelas yang heterogen. Selain itu, kesadaran mereka mengenai konsep inklusi secara holistik juga menguat, termasuk prinsip nondiskriminasi dan pendekatan etis dalam menangani anak berkebutuhan khusus sesuai regulasi Kemenag.
Sebagai tindak lanjut, panitia dan IGRA Sleman merencanakan pendampingan berbasis Pokja yang berfokus pada kelekatan dan asesmen perkembangan anak, serta workshop lanjutan mengenai adaptasi pembelajaran inklusif seperti penyusunan RPPH inklusif, strategi scaffolding, dan pembuatan media ramah anak. Kolaborasi berkelanjutan dengan FITK UIN Sunan Kalijaga juga akan diperkuat melalui pelatihan lanjutan, penelitian tindakan kelas, dan publikasi bersama. Perkembangan kegiatan ini juga akan dilaporkan kepada Kemenag RI sebagai bagian dari pemantauan mutu pembinaan guru RA.
Secara keseluruhan, kegiatan peningkatan kapasitas guru RA Sleman ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat pendidikan anak usia dini berbasis inklusi. Dengan penguatan kompetensi guru, setiap RA di Sleman diharapkan mampu menyediakan ruang belajar yang aman, ramah, dan responsif bagi seluruh anak tanpa kecuali.